Jakarta, KompasOtomotif
- Regulasi atau Peraturan Pemerintah untuk mobil murah dan ramah
lingkungan (LCGC) yang tak kunjung “nongol”, tidak hanya membuat calon
konsumennya putus asa, juga merugikan produsen mobil dan pemasok
komponen secara ekonomis.
PT Astra Daihatsu Motor (ADM), satu-satunya produsen yang sudah berada di garis “start”, belum bisa memproduksi mobil tersebut, yaitu Agya dan Ayla. Pasalnya, setelah PP diterbitkan, mobil yang akan diproduksi harus diaudit, memastikan sudah memenuhi persyaratan sesuai dengan regulasi yang ditentukan pemerintah atau belum.
Persiapan Peluncuran
Padahal saat pertama kali diperkenalkan pada 19 September tahun lalu, Menteri Perindustrian Muhamad S. Hidayat mengatakan, kondisi LCGC ibarat seorang ibu yang sedang hamil tua, kelahirannya tinggal menghitung hari. Kenyataannya, sampai kini, bayi LCGC itu belum juga lahir.
Karena itu jangan heran, ADM tidak berani menaikkan target penjualannya tahun ini. Padahal, pabrik baru mereka di Karawang - khusus merakit Agya dan Ayla - bisa memproduksi 120.000 unit mobil per tahun.
Nah, seandainya Daihatsu kebagian sepertiga dari produk yang dibuatnya itu, sisa menjadi merek Toyota dengan nama Agya, berarti penjualannya akan mencapai 200.000 unit. Pasalnya, tahun lalu ritel Daihatsu 163.068 unit.
Kini, Daihatsu sangat cemas karena posisinya terus dipepet kompetitor terdekat, sama-sama jago di mobil kecil, yaitu Suzuki yang makin berkibar dengan Ertiga.
“Diberitakan, regulasi keluar di akhir bulan. Kini sudah berganti tahun,” komentar Hendraydi Lastiyoso, Kepala Pemasaran AI- Daihatsu Sales Operation (AI-DSO), pada pertengahan Januari 2013 lalu kepada wartawan. “Kita tunggu saja setiap akhir bulan,” imbuhnya.
Batal
Terakhir, Amelia Tjandra, Direktur Pemasaran ADM bercerita, sejak tahun lalu sudah melakukan berbagai persiapan untuk peluncuran Ayla, mulai dari pabrik sampai promosi pemasaran. “Kita harus melakukan berbagai persiapan. Termasuk pesan tiket dan hotel untuk bos Daihatsu dari Jepang. Begitu juga promosi ke daerah. Dibatalkan beberapa kali. Padahal kita sudah bayar uang muka. Karena kita yang membatalkan, ya,..hilang begitu saja,” bebernya.
Dijelaskan, tidak hanya ADM yang rugi. Juga vendor atau pemasok komponen. Pasalnya, produk mereka belum bisa diserapkan oleh ADM. Padahal mereka harus membayar gaji karyawan yang telah disiapkan untuk memproduksi komponen untuk Agya dan Ayla. Dalam hal ini, termasuk perusahaan Tier 3, atau perusahaan kecil yang juga menjadi pemasok atau rekanan produsen komponen.
Dua Unit
Kendati tanpa kepastian, kini sembari menunggu dengan sabar, ADM tetap melatih karyawan di bagian produksi. Misalnya, untuk mesin. “Namun hanya diproduski hanya 2 unit per hari. Mirip dengan Lamborghini. Karena itu, kalau ingin Ayla yang bagus, ya produk pertama,” jelas Isa Nova, R&D Styling Supervisor ADM pada bincang-biancang dengan KompasOtomotif dan Tabloid Otomotif, Rabu malam kemarin.
PT Astra Daihatsu Motor (ADM), satu-satunya produsen yang sudah berada di garis “start”, belum bisa memproduksi mobil tersebut, yaitu Agya dan Ayla. Pasalnya, setelah PP diterbitkan, mobil yang akan diproduksi harus diaudit, memastikan sudah memenuhi persyaratan sesuai dengan regulasi yang ditentukan pemerintah atau belum.
Persiapan Peluncuran
Padahal saat pertama kali diperkenalkan pada 19 September tahun lalu, Menteri Perindustrian Muhamad S. Hidayat mengatakan, kondisi LCGC ibarat seorang ibu yang sedang hamil tua, kelahirannya tinggal menghitung hari. Kenyataannya, sampai kini, bayi LCGC itu belum juga lahir.
Karena itu jangan heran, ADM tidak berani menaikkan target penjualannya tahun ini. Padahal, pabrik baru mereka di Karawang - khusus merakit Agya dan Ayla - bisa memproduksi 120.000 unit mobil per tahun.
Nah, seandainya Daihatsu kebagian sepertiga dari produk yang dibuatnya itu, sisa menjadi merek Toyota dengan nama Agya, berarti penjualannya akan mencapai 200.000 unit. Pasalnya, tahun lalu ritel Daihatsu 163.068 unit.
Kini, Daihatsu sangat cemas karena posisinya terus dipepet kompetitor terdekat, sama-sama jago di mobil kecil, yaitu Suzuki yang makin berkibar dengan Ertiga.
“Diberitakan, regulasi keluar di akhir bulan. Kini sudah berganti tahun,” komentar Hendraydi Lastiyoso, Kepala Pemasaran AI- Daihatsu Sales Operation (AI-DSO), pada pertengahan Januari 2013 lalu kepada wartawan. “Kita tunggu saja setiap akhir bulan,” imbuhnya.
Batal
Terakhir, Amelia Tjandra, Direktur Pemasaran ADM bercerita, sejak tahun lalu sudah melakukan berbagai persiapan untuk peluncuran Ayla, mulai dari pabrik sampai promosi pemasaran. “Kita harus melakukan berbagai persiapan. Termasuk pesan tiket dan hotel untuk bos Daihatsu dari Jepang. Begitu juga promosi ke daerah. Dibatalkan beberapa kali. Padahal kita sudah bayar uang muka. Karena kita yang membatalkan, ya,..hilang begitu saja,” bebernya.
Dijelaskan, tidak hanya ADM yang rugi. Juga vendor atau pemasok komponen. Pasalnya, produk mereka belum bisa diserapkan oleh ADM. Padahal mereka harus membayar gaji karyawan yang telah disiapkan untuk memproduksi komponen untuk Agya dan Ayla. Dalam hal ini, termasuk perusahaan Tier 3, atau perusahaan kecil yang juga menjadi pemasok atau rekanan produsen komponen.
Dua Unit
Kendati tanpa kepastian, kini sembari menunggu dengan sabar, ADM tetap melatih karyawan di bagian produksi. Misalnya, untuk mesin. “Namun hanya diproduski hanya 2 unit per hari. Mirip dengan Lamborghini. Karena itu, kalau ingin Ayla yang bagus, ya produk pertama,” jelas Isa Nova, R&D Styling Supervisor ADM pada bincang-biancang dengan KompasOtomotif dan Tabloid Otomotif, Rabu malam kemarin.
Editor :
Zulkifli BJ
Posting Komentar